“Temong,
maafin ibu ya, ga bisa lebih baik lagi ngerawat Temong. Tapi ibu sayang banget
sama Temong. Kamu tuh anak cantik ibu yang baik, ga pernah macem-macem. Makasih banget udah lima tahun nemenin ibu. Temong kalau
mau pergi, ga apa-apa. Ibu ikhlas. Ga usah takut juga. Nanti ketemu Om Naga,
Kak Mimi, Menik-Batik-Kuro...”
Kubisikkan kalimat itu berulang sepanjang hari kemarin. Dan pagi tadi, dia pergi.
Kubisikkan kalimat itu berulang sepanjang hari kemarin. Dan pagi tadi, dia pergi.
Sedari
awal melihat kondisinya kesehatannya yang menurun, aku mengikhlaskannya. Lima
tahun tentu saja bukan waktu yang singkat. Dia menemaniku melewati pasang-surut
kehidupan. Tapi sejak kehilangan anak-anak saat serangan wabah panleu yang lalu
(aku belum sanggup membagikan catatannya), aku berusaha mengubah mindset.
Sebetulnya bukan mengubah, tapi kembali mengingatkan dan memperjelas saja.
Tentang hidup yang bukanlah milik kita. Tentang kita yang semata memegang
amanah untuk menjaga kehidupan. Ya, tentu saja aku sayang anak ini. Princess
Temong...
Lima
tahun dia menemaniku, dengan ke-diam-annya, dengan sikap manisnya, dan tentu
saja dengan wajah cantik eksotisnya.
Temong,
anak yang 'tak sengaja' menjadi anggota keluarga. Seperti para stray di
sekitar rumah, ia ke rumah untuk sekadar minta makan. Tak terpikir untuk adopsi
karena terhitung cukup dewasa. Kurasa saat itu umurnya 4-5 bulanan. Selain itu,
ia sering datang ke rumah tak lama setelah Onin pergi, dan kondisi Iku makin parah.
Ketambahan lagi, 2014 itu aku ancang-ancang resign dari kerjaan kantor.
Hingga suatu kali ia datang dalam keadaan bunting. Sudah diagendakan untuk
steril, tapi kurasa masih terlalu muda dan keuangan masih pabetot-betot dengan
kebutuhan lain. Saat bunting inilah dia sering masuk rumah. Ga tega juga usir
emak-emak bunting.
Lalu dia melahirkan saat aku ke luar kota. Teteh yang
kutitipi rumah melapor: "Temong ngelairin di kasur...kasurnya penuh
darah."
Hih
sudah berasa rumah sendiri aja dia..yang empunya rumah lagi pergi teh!
Tinggal
di kardus yang kusiapkan, ya..di dalam rumah, anak-anak Temong tak bertahan.
Entah sakit atau mereka lahir sudah dalam kondisi lemah. Empat ekor, satu per
satu pergi hingga habis. Dan dia menetapkan diri sendiri sebagai anggota
keluarga. Kalau dikasih bermain di luar, sebentar saja sudah langsung masuk
rumah. Khawatir diusir 😂😂😂 Kebetulan ada benih-benih scabies di kupingnya.
Jadilah diobati rutin. Makin punya alasanlah dia untuk menetap.
Temong
anak manis. Dia tak pernah merepotkan ibu. Poop-pee tertib di litter.
Makan dikasih apa saja mau. Sesekali bermanja, nyungsep tidur di ketek ibu. Temong
juga suka mijit. Tanpa aba-aba, sering dia langsung memijit kaki ibu dengan
khidmat.
Beberapa
bulan terakhir badannya mengurus. Rasanya langsung nglokro..teringat
Naga, Mimi, Batik. Makan dan minum masih relatif bagus. Aktivitas juga masih
normal. Aku memberinya makanan khusus, dan raw ayam sesekali. Vitamin berkala. Agak
tak teperhatikan saat ada serangan wabah panleu. Lalu prosesnya berjalan dengan
cepat. Terakhir masih sempat kubeli fillet ayam, khusus untuk dia. Temong suka
banget raw ayam. Masih beku, belum sempat dikasihkan.
Temong suka raw ayam. Foto untuk promo ayam segar 2016 |
Gapapa
ya, Mong...di surga banyak makanan enak yang Mongmong pasti suka. Udah sehat
lagi, lari-lari...maen di rumput seperti waktu rumah belum ditutup. Waktu kamu
naik-naik tembok tetangga. Dan dari jauh ibunya manggil: Mong mong moooooong...
Love you, Princes Temong 💓💓💓
No comments