TNR dan Upaya Mencegah Over Populasi Kucing Liar


TNR. Istilah yang cukup familiar di kalangan animal lover, utamanya yang pro steril. TNR adalah singkatan dari Trap (tangkap), Neuter (steril), Return (kembali). Konsepnya adalah menangkap kucing-kucing liar di lokasi tertentu, mengoperasi kucing-kucing tersebut (angkat rahim untuk betina dan angkat testis untuk jantan), lalu mengembalikan kucing-kucing tersebut setelah melalui perawatan paling tidak 10 hari -terutama untuk kucing-kucing betina- ke habitat semula. Tujuan utamanya tak lain adalah untuk mencegah over populasi kucing liar. Sterilisasi secara umum juga bermanfaat untuk mengurangi keagresifan, mencegah risiko penyakit di antaranya kanker dan FIV, dan memperpanjang usia kucing.

Sasha, salah satu stray sasaran TNR Rumah Ronin. Sudah dilepasliarkan kembali. Cantik ya?


Di luar negeri TNR sudah lama dilakukan, baik oleh lembaga pemerintah maupun komunitas. Bahkan dengan perawatan pasca steril yang terbilang mewah untuk kucing liar, seperti pemeriksaan kesehatan, penyediaan makanan yang bergizi, dan pemberian vaksi. Untuk Indonesia tampaknya kita belum bisa berharapnya banyak masih akan jadi PR jangka panjang. Jadi yang sejauh ini sudah terjadi adalah TNR oleh komunitas-komunitas. Di Jakarta sebut saja Steril Yuk, yang sudah melakukannya sejak sekitar 5 tahun lalu. Di Bandung ada BPK, yang melakukannya pada 2 tahun terakhir. Penyelengaraan TNR ini tidak main-main loh.. Dibutuhkan komitmen tinggi, upaya ekstra, kesabaran, dan banyak faktor pendukung lainnya agar kegiatan ini terlaksana secara berkala dan berkelanjutan. Bayangkan, pekerjaan dilakukan oleh para relawan yang notabene tak dibayar, dan dana yang diperlukan juga tak sedikit. Untuk mendatangkan relawan dan uang tentunya juga bukan hal yang gampang. Uang tersebut dibutuhkan untuk mendanai penyediaan aneka perangkat untuk menangkap kucing liar, biaya operasi termasuk penyediaan ruang dan fasilitas, dan perawatan pasca sterilnya. Hal penting lainnya adalah kerjasama dengan dokter hewan yang bersedia melakukan kerja sosial, dalam arti tak memberikan tarif reguler.  

Dari catatan di atas sudah cukup jelas kan ya.. TNR itu bukan pekerjaan main-main. Serius. Tapi masih ada juga yang bertanya: apa tidak kasihan kucing-kucingnya?

Nah, ini kembali ke pertanyaan dasar soal steril. Mengapa kasihan? Tidakkah lebih kasihan melihat para kucing liar beranak pinak di jalanan, lalu mati oleh penyakit atau kerasnya jalanan? Percayalah, steril adalah tindakan paling manusiawi dalam keterlibatan manusia untuk menolong sesama makluk. Operasi sterilisasi bukan dilakukan oleh sembarang orang, tapi oleh tenaga medis yang memang punya ilmu dan pengalaman.

Ingin menyalurkan kepedulian terhadap kucing liar tapi tak ada komunitas yang mengakomodir? Kita bisa melakukannya sendiri. Lihatlah sekitar. Ada berapa banyak kucing yang berkeliaran, mengais sampah, atau mengeong minta makan ke rumah kita? Ada berapa banyak betina-betina yang kita jumpai bunting, melahirkan dan kita tidak tahu anak-anaknya hidup atau mati? Ada berapa banyak kucing yang kita jumpai celaka di jalanan, bahkan yang sudah rata dengan aspal? Di berbagai lokasi, dapat dengan mudah kita temukan kucing tak berpemilik. Kalau cukup beruntung, kita bisa temukan kucing-kucing yang sehat karena kebaikan hati para pedagang makanan, para pemulung, orang-orang yang rajin melakukan street feeding. Tapi berapa lama mereka bertahan ketika kucing-kucing liar itu berkembang biak. Pada akhirnya mereka pun akan kewalahan. Dan sekali lagi, solusinya: sterilisasi.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Kalau kita punya cukup banyak biaya untuk mensterilkan kucing-kucing liar ini di klinik dokter, bisa langsung kapan pun, dengan membuat janji dengan dokter tentunya. Kalau dana kita terbatas, cari tahu komunitas-komunitas atau perseorangan atau klinik penyelenggara steril bersubsidi. Di Bandung, aku sendiri bekerjasama dengan dokter hewan untuk melakukan steril subsidi dua bulan sekali. Inginnya sebulan sekali tapi tak cukup tenaga melakukannya. Bisa cek jadwalnya di FP FB Rumah Ronin. Atau yang sudah melakukannya rutin dengan jadwal yang ajeg, bisa gabung dengan Bandung Peduli Kucing (BPK). Ada komunitas-komunitas lain yang juga memiliki program steril bersubsidi, biasanya informasinya ditayangkan di grup Perkumpulan Kucing Domestik Bandung (PKDB). Untuk kota lain bisa cek juga di grup Perkumpulan Kucing Domestik Indonesia (PKDI).

Kemudian?

Seperti biasa, ikuti prosedur untuk steril bocah-bocah berbulu. Pasca steril, tentunya tanggung jawab kita untuk merawatnya. Kucing pasca steril tak bisa langsung dilepasliarkan. Untuk kucing betina setidaknya 7 hingga 10 hari perawatan, dan pastikan jahitan betul-betul sudah menutup. Untuk jantan proses penyembuhannya relatif lebih cepat. Namun, tetap..pastikan luka sudah kering sebelum melepaskan mereka. Karena kita mengasumsikan kucing dikembalikan ke habitat semula yang bisa jadi tak akan kita temui lagi; kita asumsikan di luar sana tak ada orang lain yang akan memberikan perawatan seandainya mereka mengalami sakit sebagai dampak operasi. 

Begitu saja? Yup, begitu saja.. tak terlalu sulit kan? Kepedulian kita akan menyelamatkan puluhan, ratusan, ribuan... kucing liar.

No comments